Rabu, 09 Desember 2009

Artikel Kebotakan ( alopesia )

Kebotakan ( alopesia )

Oleh : Rusmah

Kebotakan (alopesia) adalah hilangnya sebagian atau selutuh rambut. Sejalan dengan pertambahan usia, pada pria dan wanita akan terjadi penurunan kepadatan rambut. Pria memiliki pola kebotakan khusus yang berhubungan dengan hormon testosteron. Jika seorang pria tidak menghasilkan testosteron (akibat kelainan genetik atau dikebiri), maka dia tidak akan memiliki pola kebotakan tersebut. Wanita juga memiliki pola kebotakan yang khusus.

Alopesia paling sering terjadi pada kulit kepala, biasanya terjadi secara bertahap dan bisa seluruh kulit kepala kehilangan rambutnya (alopesia totalis) atau hanya berupa bercak-bercak di kulit kepala. Sekitar 25 % pria mulai mengalami kebotakan pada usia 30 tahun dan sekitar duapertiga pria menjadi botak pada usia 60 tahun.

Rata-rata kulit kepala mengandung 100.000 helai rambut dan setiap harinya, rata-rata sebanyak 100 helai rambut hilang dari kepala. Setiap helai rambut berumur 4,5 tahun, dengan pertumbuhan sekitar 1 cm/bulan. Biasanya pada tahun ke 5 rambut akan rontok dan dalam watku 6 bulan akan diganti oleh rambut yang baru. Kebotakan yang diturunkan terjadi akibat kegagalan tubuh untuk membentuk rambut yang baru, bukan karena kehilangan rambut yang berlebihan.

Adapun penyebab terjadinya kebotakan antara lain: keturunan, penuaan, perubahan hormon, demam, keadaan kulit lokal, penyakit sistematik, obat-obat tertentu misalnya yang digunakan untuk mengobati kanker atau vitamin A yang berlebihan, pemakaian sampo dan pengering yang berlebihan, stres emosional atau stres fisik, perilaku cemas (kebiasaan menarik-narik rambut atau menggaruk-garuk kulit kepala), luka bakar, terapi penyinaran, tinea kapitis, trikotilomania.


Contoh kebotakan pada pria












Rambut Botak

Rambut botak merupakan salah satu masalah umum yang terjadi pada rambut. Masalah ini bisa terjadi pada perempuan ataupun laki-laki, namun umumnya banyak terjadi pada kaum laki-laki. Masalah kebotakan biasanya diawali dengan rambut yang mudah rontok dan patah. Rambut rontok ini biasanya dimulai dari dahi dan makin lama makin mundur, sehingga menyebabkan kebotakan di daerah depan kepala. Namun, pada beberapa orang justru yang mengalami kebotakan di daerah tengah rambutnya.

Ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan kebotakan, beberapa diantaranya mungkin tidak bisa dikontrol. Berikut ini adalah beberapa penyebab kebotakan antara lain: faktor turunan, hormon yang tidak seimbang, efek setelah operasi, dan pengaruh obat-obatan.













Mengatasi Kebotakan Permanen

Kebotakan memang menjadi masalah yang menjengkelkan bagi siapa saja, namun memang secara statistik, kaum pria lebih banyak mengalami kebotakan dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena salah satu bentuk kebotakan yaitu berupa kerontokan permanen akibat rusaknya kantung rambut dan kerontokan temporer akibat kerusakan sementara kantung rambut yang mendominasi oleh male pattern baldness (MPB) yang bisa mencapai 40% dari populasi laki-laki. MPB lebih banyak disebabkan oleh tidak seimbangnya tingkat sirkulasi hormon pria (testosteron dan androgen) di dalam darah. Umumnya menyerang orang dengan berat badan tinggi dan rambut bertipe eksprestif (facial fair). MPB biasanya diderita mereka yang berasal dari ras Eropa dan Australia.

Selain hormonal, ada beberapa biang kebotakan di antaranya genetis (keturunan) penyakit-penyakit tertentu semisal infeksi akibat jamur (bisul pada kepala, ketombe, dll), penyakit kelainan fungsi imunologi (pertahanan tubuh), penyakit endokrinologi seperti (DM (demam melitus), penyakit fungsi kelenjar gondok, dll), penyakit akibat hubungan seksual sifilis, kekurangan gizi yang parah, gangguan psikis seperti stres yang berkepanjangan, trikotilomania (kecendrungan untuk mencabuti rambut) trauma, maupun fisiologis.

Ada beberapa tingkat kebotakan. Tingkat I, kebotakan hanya terjadi pada sisi frontal (depan atas) dengan atau tanpa pertumbuhan rambut bagian depan, tingkat II, kebotakan pada daerah frontal dan sisi tengah kulit kepala tanpa adanya penipisan rambut pada puncak kepala, tingkat III, kebotakan pada daerah frontal dan occipital (belakang) kepala, tingkat IV, kebotakan hanya pada puncak kepala.

Kebotakan tidak ada hubungannya dengan jenis makanan apapun, walaupun ada penelitian yang mengatakan jumlah zat besi yang ada di dalam tubuh dengan tingkat kerontokan rambut pada wanita. Jika Anda mengalami jenis kebotakan seperti yang telah kami gambarkan di atas, maka bisa di pastikan kebotakan anda bersifat permanen. Kebotakan permanen tidak dapat diatasi dengan sampo ataupun dengan hair tonik. Sebaiknya Anda mengunjungi dokter spesialis Kulit & Kelamin yang ada di kota Anda. Dokter spesialis dapt memberikan masukan-masukan kepada Anda, dan mungkin merujuk Anda untuk melakukan cangkok rambut. Jika Anda tinggal di Jakarta, Anda dapat menghubungi bagian Kecantikan Kulit di RS. MMC Jakarta.

Yang terpenting adalah, jika memang kerontokan permanen, jangan sampai kebotakan ini mengganggu rasa percaya diri Anda. Banyak orang yang terkenal seksi karena kebotakannya, contohnya seperti penyanyi Phil Collons atau aktor Brice Willys yang telah mengalami kebotakan. Jadi, tergantung dari mana Anda melihat situasi yang terjadi, dari sisi positifnya atau dari sisi negatifnya.

Adapun untuk mencegah kebotakan, ikuti beberapa langkah berikut ini: Pertama, awali pagi Anda dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang. Dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, akan memberikan nutrisi yang bisa melindungi kulit kepala dan kantung rambut. Makanan yang mengandung protein tinggi sangat baik untuk pertumbuhan rambut dan kuku. Kedua, cobalah untuk lebih banyak mengkonsumsi air putih. Air adalah salah satu cairan yang dibutuhkan oleh tubuh termasuk rambut, karena kulit kepala akan menjadi lebih sehat jika banyak air putih yang masuk ke dalam tubuh. Ketiga, konsumsilah multivitamin khususya yang mengandung nutrisi seperti beta karoten yang sangat dalam pertumbuhan dan perawatan rambut. Keempat, minum vitamin B kompleks karena mengandung protein tinggi yang baik untuk rambut, kuku, dan kulit. Jika kulit sehat, maka akan membuat kulit kepala menjadi lebih sehat sehingga mencegah kebotakan dan mendorong pertumbuhan rambut. Setelah mengetahui penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya, mudah-mudahan anda bisa terhindar dari masalah kebotakan.

Referensi Web:

1. Judul : Kebotakan (alopesia) Definisi

Alamat : http://medicastore.com/penyakit/340/Kebotakan_alopesia.html

Penulis : Dr. Reinhard Purwana

Waktu akses :

2. Judul : Rambut Botak

Alamat : http://rambutbotak.blogspot.com/

Penulis : Edi

Waktu akses : 20 Agustus 2009

3. Judul : Mengatasi Kebotakan Permanen

Alamat : http://mediasehat.com/tanyajawab648

Penulis : Dr. Reinhard Purwana

Waktu akses :

DISAIN PEMBELAJARAN

A. PENDAHULUAN

Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumuskannya berbeda-beda satu dengan yang lain. Cunningham1) misalnya mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan di sini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan perencanaan.

Definisi yang kedua mengemukakan bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.2) Bagaimana seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan datang. Perencanaan di sini menekankan kepada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan, ialah menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan.

Sementara itu definisi yang lain tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek, perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.3) Dalam definisi ini ada asumsi bahwa perubahan selalu terjadi. Perubahan lingkungan ini selalu diantisipasi, dan hasil antisipasi ini dipakai agar perubahan itu berimbang. Artinya perubahan yang terjadi di luar organisasi pengajaran tidak jauh berbeda dengan perubahan yang terjadi pada organisasi itu, dengan harapan agar organisasi tidak mengalami keguncangan. Jadi, makna perencanaan di sini adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan lingkungannya.

Ketiga definisi di atas memperlihatkan rumusan dan tekanan yang berbeda. Yang satu mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya, yang lain menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan masa mendatang, dan yang satu lagi mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah-ubah. Meskipun demikian pada hakikatnya ketiganya bermakna sama, yaitu sama-sama ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang, tetapi yang pertama dan kedua tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa wujud yang dicari itu akibat terjadinya perubahan, termasuk perubahan dalam cita-cita.

Berdasarkan rumusan di atas, dapat dibuat rumusan baru tentang apa itu perencanaan. Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. ANALISIS PEMBAHASAN

1.Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran menurut Degeng4) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implicit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Konsep pembelajaran yang dipakai dalam buku ini memiliki maksud yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah disusun sebelumnya (Uno, Hamzah: 1998).5) dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.6) Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bias dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajarn yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.

Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran sebagaimana disebut oleh Degeng (1989)7), Reigeluth (1983)8) sebagai suatu disiplin ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori pembelajaran preskriptif.

2.Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran

Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

1. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;

2. untuk merencakan suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system;

3. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;

4. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan;

5. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;

6. sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;

3. Perbaikan Kualitas Pembelajaran

Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini mungkin karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilalui oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4. Pembelajaran dirancang dengan Pendekatan Sistem

Untuk mencapai kualitas pembelajaran, disain pembelajaran yang dilakukann haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini disadari bahwa dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termaksud keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran.

5. Disain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar

Kualitas pembelajaran juga tergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdassarkan pendekatan perancangnya. Apakah bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif, rancangan pembelajaran tersebut banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan pendekatan ilmiah, rancangan pembelajaran tersebut diwarnai oleh berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan pembelajaran. Disamping itu, pendekatan lain adalah pembuatan rancangan pembelajaran bersifat intuitif ilmiah yang merupakan paduan antara keduanya, sehingga rancangan keduanya yang dihasilkan disesuaikan dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran yang dikembangkan pula dengan penggunaan teori-teori yang relevan. Berdaarkan tiga pendekatan ini, pendekatan intuitif ilmiah akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih sahih dari dua pendekatan lainnya bila hanya digunakan secara terpisah.

Berbagai teori yang telah dikembangkan mengenai belajar, misalnya teori behavioristik yang menekankan pada prilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori pengelolaan informasi yang menekankan pada bagaimana suatu informasi itu diolah dan disimpan dalam ingatan. Teori ketiga berpijak pada psikologi kognitif yang memandang bahwa proses belajar adalah mengaitkan pengetahuan baru ke struktur pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, dan hasil belajar berupa terbentuknya struktur pengetahuan baru yang lebih lengkap.

6. Disain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan

Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau prilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau prilaku belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak mungkin dapat dipaksa segera bertindak secara cepat. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat. Dalam hal ini jika perencanaan pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan bahwa siapa yang lambat belajar akan makin tertinggal dan yang cepat berpikir makin maju pembelajarannya. Akibat proses pembelajaran yang dilakukan dalam suatu kelompok tertentu akan banyak mengalami hambatan karena perbedaan karakteristik siswa yang tidak diperhatikan. Hal lain yuang merupakan karakteristik siswa adalah perkembangan intelektual siswa, tingkatan motivasi, kemampuan berpikir, gaya kognitif, gaya belajar, kemampuan awal, dan lain-lain. Berdasarkan karakteristik ini, maka rancangan pembela mau tidak mau harus diacukan pada pertimbangan ini.

  1. Disain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan

Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak langsung (pengiring). Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring. Perancang pembelajaran seringkali merasa kecewa dengan hasil nyata yang dicapainya karena ada sejumlah hasil yang tidak segera bias diamati setelah pembelajaran berakhir terutama hasil pembelajaran yang termaksud dalam ranah sikap. Padahal ketercapaian ranah sikap biasanya terbentuk secara kumulatif dan dalam waktu yang relative lama terintegrasi keseluruhan hasil langsung pembelajaran.

8. Disain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar

Sebagaimana disebut di atas, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul prilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Disamping itu, peran guru sebagai sumber belajar telah diatur secara terencana, pelaksanaan evaluasi baik formatif maupun sumatif telah terencana, memberikan kemudahan siswa untuk belajar. Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan baik, sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.

9. Disain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran

Disain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisi, metode, dan variabel hasil pembelajaran.Kondisi pembelajaran mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya. Yang masuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. Adapun variabel metode pembelajaran mencakup semua cara yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang masuk dalam variabel ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Adapun variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.

  1. Disain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan

Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus tama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variable metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu, barulah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil dari setelah perancang pembelajaran mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dan hasil pembelajaran yang diharapkan.

Adfa tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi,(2) metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengeruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran bias memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran.

C. Disain Pembelajaran Menurut Dick and Carrey

Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisir pengajaran. Satu di antara model itu adalah model Disk and Carrey (1985) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. mengidentifikasi tujuan umum pengajaran :

2. melaksanakan analisis pengajaran;

3. mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa;

4. merumuskan tujuan performansi;

5. mengembangkan butir-butir tes acuan patokan;

6. mengembangkan strategi pengajaran;

7. mengembangkan dan memilih material pengajaran;

8. mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;

9. merevisi bahan pembelajaran;

10. mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif;

Visualisasi langkah di atas, dapat dilihat pada Gambar 4.1.









Model Dick and Carrey

Tidak ada suatu model rancangan pengajaran yang dapat memberikan resep yang paling ampuh untuk mengembangkan suatu program pengajaran. karena itu untuk menentukan model rancangan dalam mengembangkan suatu program pengajaran tergantung pada pertimbangan si perancang tersebut terhaapdap model yang akan digunakannya atau dipilihnya. Dari sekian banyak model untuk mengembangkan program pengajaran yang telah dikenal, misalnya model Kemp (1977), model Dick and Carrey (1985), model Briggs (1977), model Gagne, dkk. (1988),model IDI (1971), model Degeng (1990), dan masih banyak lagi model lain yang pada dasarnya mempunyai cirri-ciri yang sama. Perbedaan hanya terletak pada bagian-bagian tertentu saja, yang dimodifikasi oleh penyusun model tersebut sesuai dengan keperluan si penyusun model. Demikian juga halnya dengan desain pembelajaran mata pelajaran tertentu ini, di mana model desain yang digunakan misalnya model Dick and Carrey, tentu perancang desainnya memiliki alas an tersendiri. Secara umum penggunaan Desain Pengajaran menurut Dick and Carrey adalah sebagai berikut.

  1. Model Dick and Carrey terdiri atas 10 langkah di mana setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya, sehingga bagi peerancang pemula sangat cocok sebagai dasar ntuk mempelajari model desain yang lain.
  2. Kesimpulan langkah pada model Dick and Carrey menunjukkan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengtan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carrey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
  3. Langkah awal pada model Dick and Carrey adalah mengidentifikasi tujuan pengajara. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi mupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu dimana tujuan pengajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan uatu rancangan pembelajaran.

Penggunaan model Dick and Carrey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pengajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya antara strategi pengajaran dan hasil pengajaran yang dikehendak, (3)menerapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran. Dari 10 langkah model Dick and Carrey, ada delapan kotak yang terhubung dari suatu garis utama yang memperlihatkan balikan dari kotak terakhir ke kotak yang terdahulu. Kotak-kotak itu mengacu ke perangkat-perangkat prosedur dan teknik yang dipakai untuk merancang, memproduksi, menilai, dan merevisi pengajaran. Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah ditetapkan oleh Dick and Carrey.

1. Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran

Sebagaimana kita krtahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaan tersebut.Oleh karena itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukannya. Mempertimbangkan secara mendalam artinya, untuk merumuskan tujuan umum pembelajaran harus mempertimbangkan krakteristik bidang studi, karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.

Dick and Carrey (1985)21) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Di dalam buku Akta Mengajar V (Depdikbud, 1982)22)tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses instruksional atau dalam setiap kegiatan belajar mengajar, sebab tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas, akan memberikan keuntungan kepada:

  1. Siswa untuk dapat mengatur waktu, dan pemusatan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai:
  2. Guru untuk dapat mengatur kegiatan instruksionalnya, metodenya, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut:
  3. Evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak didik.

Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carrey (1985) harus jelas dan dapat diukur, berbentuk tingkah laku. Pandangan lain seperti(Uno Hamzah, 1983;23) juga Miarso, 1984) mengemukakan rumusan pembelajaran yang baik adalah (menggunakan istilah yang operasional, (b) berbentuk hasil belajar, (c) berbentuk tingkah laku,(d) jelas hanyamengukur saatu tingkah laku. Pendapat lain dikemukakan Mudhofir (1990) rumusan tujuan pembelajaran yang baik (a) formasi dalam bentuk yang operasional , (b) bentuk produk belajar,(c) dalam tingkah laku si belajar, (d) jelas tingkah laku yang ingin dicapai, (e) hanya mengandung satu tujuan belajar, (f) tingkat keluasan yang sesuai, (g) rumusan kondisi pembelajaran jelas dan cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima . Adapun (Degeng, 1989; juga Uno Hamzah, 1993)mengemukakan ada tiga komponen utama dari suatu rumusan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku, kondisi,dan derajat kriteria keberhasilan. Instruksional Development Institue (IDI) menambahkan satu komponen yang perlu lagi dispesifikasi dalam rumusan tujuan, yang sasaran (Audience). Selanjutnya komponen-komponen ini oleh Degeng (1989), Uno Hamzah (1993) untuk lbih mudah mengingatnya disebut dengan bantuan mnemonic ABCD ( Audience,Behavioral, Conditions, dan Degree).

D. Kesimpulan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa desain pembelajaran menekankan pada upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memilih dan meprekripsikan metode pembelajaran yang optimal. Upaya-upaya ini dilakukan dengan pijakan asumsi-asumsi tertentu tentang hakekat disain pembelajaran, seperti berikut ini :

(1) Perbaikan kualitas pembelajaran diawali dari disain pembelajaran.

(2) Pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem.

(3) Disain pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar.

(4) Disain pembelajaran diacukan kepada si-belajar secara perseorangan.

(5) Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil pengiring.

(6) Sasaran akhir disain pembelajaran adalah memudahkan belajar.

(7) Disain pembelajaran mencakup semua variable yang mempengaruhi belajar.

(8) Inti disain pembelajaran adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perbaikan kualitas pembelajaran diawali dari disain pembelajaran. Perancang pembelajaran dapat dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Ini berarti bahwa perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dari perbaikan kualitas disain pembelajaran.

Pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Di samping landasan yang menjadi pijakannya, kualitas pembelajaran juga amat ditentukan oleh pendekatan yang dipakai dalam merancangnya. Dengan menggunakan pendekatan sistem akan memperbesarr peluang dalam mengintegrasikan semua variable yang mempengaruhi belajar dalam disain pembelajaran. Dengan melakukan analisis sistem pembelajaran akan dapat diketahui keseluruhan variable tersebut. Informasi ini amat berguna dalam menetapkan langkah-langkah perancang pembelajaran.

Disain pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar. Kualitas pembelajaran amat banyak bergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang. Bagaimana landasan pengembangnya : intuitifkah, ilmiahkah, atau intuitif ilmiah? Disain pembelajaran yang menggunakan landasan intuitif terpijak kepada kemampuan intuisi perancangnya, sedangkan yang menggunakan landasan ilmiah lebih mengandalkan pada pengetahuan ilmiah atau teori-teori yang telah dikembangkan oleh ilmuwan. Pengembangan disain pembelajaran yang menggunakan landasan intuitif-ilmiah berpijak pada kemampuan intuisi perancangnya dengan dukungan landasan ilmiah yang sahih. Landasan ilmiah yang dipakainya biasanya adalah pengetahuan-pengetahuan ilmiah atau teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah dikembangkan oleh ilmuwan pembelajaran.

SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH

SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH

A. Latar Belakang

Salah satu tujun pendidikan nasional , yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan itu dapat tercapai hanya dengan pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah membuat berbagai kebijakan ke arah itu. Salah satu di antaranya adalah mengembangkan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (UU N0. 2 Tahun 1989).

Mengingat kondisi geografis serta pertumbuhan dan persebaran penduduk yang tidak merata, sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh merupakan alternatif dalam menjawab tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh juga menjadi pilihan dalam menjawab tantangan global, terutama dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan daya saing pada tingkat global. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, memungkinkan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu bentuk inovasi pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah: Bagaimana peranan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam mendukung program pemerataan pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan

1. Menjelaskan peranan pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam rangka mendukung program pemerataan pendidikan di Indonesia

2. Menjelaskan perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia

A. Pengertian-Pengertian

Pendidikan terbuka yaitu pendidikan sepanjang hayat yang berorientasikan pada kepentingan, kondisi dan karakteristik peserta didik/warga belajar, dan dengan berbagai pola belajar dengan menggunakan aneka sumber belajar. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan terbuka dengan program belajar yang terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan antara pendidik dengan peserta didik/warga belajar (Miarso, 2005). Pendidikan terbuka merupakan istilah umum, sedangkan pendidikan jarak jauh bersifat lebih spesifik. Semua pendidikan jarak jauh adalah pendidikan terbuka dan tidak semua pendidikan terbuka adalah pendidikan jarak jauh.

Pendidikan sepanjang hayat yaitu setiap manusia mulai dari kandungan hingga liang lahat berhak untuk memperoleh apa yang ia perlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Miarso, 2005). Pengakuan hasil belajar sepanjang hayat tidak didasarkan pada ijazah/diploma/sertifikat, melainkan didasarkan oleh pengakuan masyarakat atas kinerja peserta didik/warga belajar.

Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh berusaha memberdayakan peserta didik/warga belajar yang berorientasi pada kepentingan, kondisi, dan karakteristik mereka, diselenggarakan dengan berbagai pola pilihan kegiatan belajar-mengajar, serta dengan digunakannya berbagai sumber belajar. Kepentingan peserta didik/warga belajar adalah hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang bersifat normatif, komparatif, dan prospektif. Kondisi dan karakteristik peserta didik/warga belajar adalah keadaan pribadi dan lingkungnan yang menunjukkan kemampuan, hambatan, dan peluang yang berbeda-beda (Miarso, 2005).

B. Prinsip Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

Menurut Miarso (2005), prinsip pendidikan terbuka dan jarak jauh meliputi enam prinsip, yaitu:

1. Prinsip kemandirian, yaitu diwujudkan dengan adanya kurikulum/program pendidikan yang memungkinkan untuk dipelajarai secara mandiri, belajar perorangan, ataupun belajar kelompok sebaya, dengan sesedikit mungkin bantuan dari guru atau tenaga kependidikan lainnya.

2. Prinsip keluwesan, yaitu diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik/warga belajaruntuk kmemulai, mengakses sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian atau kemajuan belajar, dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan batasan waktu dan tahun ajaran. Termasuk dalam prinsip keluwesan ini adalah dimungkinkannya pindah jalur pendidikan formal – nonformal.

3. Prinsip keterkinian, diwujudkan dengan ketersedian program pembelajaran dan sumber belajar pada saat diperlukan. Tersedianya komunikasi dan informasi sangat mendukung prinsip ini.

4. Prinsip kesesuaian diwujudkan dengan adanya program belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kamajuan masyarakat. Kesesuaian ini berarti pula sesuai dengan keinginan, minat, kemampuan, dan pengalaman peserta didik/warga belajar yang telah ada sebelumnya.

5. Prinsip mobilitas diwujudkan dengan adanya kesempaptan untuk berpindah lokasi, jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang setara atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah memenuhi syarat kompetensi yang diperlukan.

6. Prinsip efisiensi diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai macam sumber daya dan teknologi yang tersedia setempat dengan seoptimal mungkin. Sumber daya yang dimaksud meliputi isumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan.

C. Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak jauh di Indonesia

Bentuk pendidikan terbuka tertua yang sampai sekarang masih diselenggarakan adalah pesantren. Diperkirakan dimulai pada abad ke-15, yaitu pada awal masuknya agama Islam ke Indonesia. Dalam pola pendidikan pesanten tidak dikenal adanya ijazah. Yang ada adalah pengakuan dari Kyai mengenai kemampuan santri yang dianggapnya telah menguasai ilmu. Pengakuan tentang mutu lulusan selanjutnya merupakan keputusan masyarakat (Zamakhsyari Dofier, 1994).

Pendidikan Taman Siswa awalnya merupakan dapat dikategorikan sebagai pendidikan terbuka karena misinya sebagai lembaga perjuangan menentag penjajahan dalam segala bentuknya. Pendidikan Taman Siswa dipelopori Ki Hajar Dewantara (1889 –1959), dengan mengembangkan sistem among, yaitu yang mendasarkan pada kodrat hidup anak dan kemerdekaan, dengan berpedoman pada Tut wuri handayani, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa.

Muhammad Syafei (1896 – 1969) mengembangkan dan menerapkan gagasan pendidikan di Kayutanam dengan dasar: (1) berpikir logis dan rasional serta meninggalkan cara berpikir mistis dan takhayul; (2) kebutuhan masyarakat; (3)kegunaan hasil pendidika untuk masyarakat; dan (4) tertanamnya rasa percaya diri dan berani bertanggung jawab. Sekolah Kayutanam mempunyai dua jenjang, yaitu bawah da atas. Kedua jenjang itu diberi pelajaran berupa pengetahuan dan pelajaran pratik. Bahan pelajaran diambil dari budaya bangsa Indonesia. Ciri khas pendidikan kayutanam ini adalah lulusannya tidak diberi ijazah, karena masyarakaktla yang menilai lulusan dan memberikan pengakuan (Waty Soemanto & Soeyarno, 1983).

Pada tahun 1950 pemerintah membentuk Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) yang bertugas meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dengan menyediakan berbagai macam paket belajar dalam bidang pendidikan. Lembaga ini sekarang dikenal dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Pada tahun 1952 diselenggarakan pendidikan melalui radio oleh Djawatan Pendidikan Masyarakat untuk keperluan eks pelajar pejuang. Program ini didukung RRI dan AURI yang menggunakan pemancar bergerak.

Pada periode PELITA I digariskan kebijakan dalam GBHN untuk digunakan siaran radio dan televisi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Menjelang akhir PELITA I pemeriintah menetapkan suatu kebijakaan mengenalkan SKSD Palapa (Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa). Dengan SKSD Palapa berdasarkan penelitian dan survei, dapat dilakukan serangkaian kegiatan: (1) Penataran dan pengembangan pendidikan guru melalui sistem pembelajaran jarak jauh; (2) pengembangan pendidikan luar sekolah melalui media massa dalam rangka pendidikan sepanjang hayat; (3)mengembangakan tenaga terampil dan professional dalam bidang teknologi pendidikan; (4) mengembangkan program teknologi komunikasi di perguruan tinggi; dan (5) mengembangkan proyek percontohan penyajian pendidikan dengan menggunakan media massa.

Pada tahun 1972 diselenggarakan model pendidikan PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru) Program belajar mengajar dilaksanakan dengan prinsip: (10 belajar mandiri dengan menggunakan bahar belajar yang disusun berupa modul; (2) belajar kelompok sebaya dengan bantuan kakak kelas yang trelah menguasai pelajaran yang bersangkutan; (3) kompetisi untuk berprestasi dengan tersedianya daftar kemajuan belajar yang diisi sendiri dan diketahui semua siswa; (4) fungsi guru sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu mengatasi masalah yang atidak terpecahkan oleh siswa sendiri; (5) menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar; dan(60 meningkatkan partisipasi masyarakat dengan melibatkan sebagai narasumber.

Pada tahun 1974 Direktorat Pendidikan Dasar pada Drjen PLSPO mengembangkan paket belajar KEJAR Paket A, disambung kejar Paket B. Istilah Kejar merupakan akronim Kelompok Belajar atau Bekerja Sambil Belajar, yang dapat pula diartikan sebagai upaya mengejar ketinggalan. Maksud dikembangkannya Kejar Paket A adalah untuk mempersiapkan wearga negara agar dapat berpartisipasi aktif dan positif di lingkungan masyarakat (Napitupulu, 1979).

Tahun 1974 Siaran radio ountuk guru SD diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang meliputi sebelas propinsi yang padat penduduknya dan yang system transportasi darat maupun laut sulit.

Pada tahun 1979 dirinitis SMP Terbuka di lima daerah, yaitu Kalianda (Lampung Selatan), Plumbon (Cirebon), Adiwerna (Tegal), Kalisat (Jember), dan Terara (Lombok Barat). Berdasarkan evaluasi komprehensif yang diselenggarakan tahun 1992, system SMP Teruka memenuhi indikator kualitatif meliputi fleksibilitas, kelayakan, efesiensi, dan efektifitas (Kertasurya, 1992).

D. Profil Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

Tahun 1976 diluncurkan SKSD Palapa sebagai pemicu perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Misinya adalah untuk: (1) pemerataan kesempatan pendidikan dengan menjangkau tempat-tempat terpencil; (2) penerangan kepada masyarakat; (30 keperluan hiburan; (4) komunikasi data dan keperluan bisnis; dan (4) untuk keperluan hankam (Miarso, 1976)

Tahun 1996 diresmikan program “Nusantara 21” (N-21) oleh Presiden RI, yag merupakan jaringan komounikasi terpadu dengan menggunakan kerangka pendekatan: (1) memanfaatkan semua teknologi yang mendukung pembangunan di semua sektor dan (2) membentuk suatu jaringan maya informasi atau adimarga informasi yang menghubungkan seluruh pelosok Inonesia. Dengan system N-21 dikembangkan [pusat akses masyarakat yang meliputi gelombang lebar untuk telepon, gelombang lebar pusat bisnisjaringan perpustakaan elektronik, dan kios masyarakat multimedia. (Miarso, 2005).

Pada tahun 1999 dikembangkan penggunaan teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika) untuk kepentingan pendidikan dengan didirikan Yayasan Sekolah 2000 dengan misi memperkenalkan internet kepada siswa dan guru di seluruh Indonesia, yang diprakarsai Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Mereka mempercayai bahwa internet dapat menjadi alat ampuh dalam mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan.

Di lingkungan perguruan tinggi telah dikembangkan penggunaan telematika. Misalnya ITB dan UI telah memanfaatkan jaringan telematikauntuk keperluan penelitian dan pembelajaran. Universitas terbuka telah memanfaatkan jaringan surat elektronik untuk keperluan komunikasi dan tutorial. Universitas Bina Nusantara dan PETRA telah memanfaatkan jatringan telematika untuk berbagai proses belajar dan pembelajaran, termasuk penyajian bahan belajar, bimbingan tutorial, manajemen pembelajaran, da penilaian hasil belajar. Lembaga pendidikan Pusat Pengembangan manajemen (PPM) dan Institut Bankir Indonesia (IBI) telah menyelenggarakan pendidikan pprofesi lanjut jarak jauh.

Sejak tahun 1994 telah dikembangkan Indonesian Distance Learning Network (IDLN) berkedudukan di Pustekom Diknas. Misinya yaitu mengkoordinasikan segala aspek pengembangan system belajar jarak jauh. Forum ini diketuai Depag, Depkes, Depnaker, Depdagriotda, Deperindag, PT Telkom, dan Universitas Terbuka. Miasi yang semula terbatas hanya di Indonesia, tahun 1997 dijadikan cikal bakal berdirinya SEAMOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Organizatian Open Learning Center), yang membantu negara anggoto mengidentifikasi masalah pendidikandan mencari jalan pemecahan melalui penyebaran dan peggunaan system pendidikan terbuka dan jarak jauh secara efektif. Secara regional, Indonesia dipercaya untuk menggkoordinasikan pengembangan dan peyebaran system pendidikan terbuka dan jarak jauh.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan berbagai pilihan pemanfaatan, yang meliputi; perpustakakan elektronik, surat elektronik, ensiklopedia digital, pembelajaran multimedia interaktif, teleedukasi dan latihan jarak jauh, pengelolaan system informasi dalam jaringan, dan konferensi video jarak jauh.

E. Paradingma Pengembangan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

Sistem pendidikan terbukan dan jarak jauh dirancang dengan pendekatan yang berbeda dari system pendidikan tatap muka. Komponen yang perlu mendapat perhatian khusus adalah: (1) Visi, misi, dan tujuan; (b) bentuk, modus, dan cakupan program; (3) system penyelenggaraan; dan (4) manajemen mutu dan akreditasi. Pemahaman yang tepat ata komponen pengembangan tersebut diperlukan sebagai dasar penyusunan peraturan pemerintah tentang penyelenggaraan sistem pendidikan terbukan dan jarak jauh pada semua jenjang, jenis, dan jalur pendidikan.

1. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam konteks system pendidikan nasional adalah terwujudnya pranata sosial yang memungkinkan peserta didik/warga belajar untuk memperoleh pendidikan semua jenis, jalur, dan jenjang secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan program pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan karakteristiknya.

Misi yang diemban dalam system pendidikan terbuka dan jarak jauh mencakup; (1) menyediakan berbagai pola, modus, dan cakupan program pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk melayani kebutuhan masyarakat; (2) mengembangkan mendorong terjadinya inovasi berbagai proses belajar pembelajaran dengan aneka sumber belajar; dan (3) mengembangkan mekanisme manajemendan pengendalian mutu pendidikanyang diselenggarakan pada tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi, serta pendidikan jalur luar sekolah.

Tujuan pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui penyelenggaraan pendidikan system belajar terbukan dan jarak jauh paa semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Diharapkan sistem pendidikan terbukan dan jarak jauh dapat mengatasi masalah kesenjangan pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, dan efesiensi dalam manajemen pendidikan yang disebabkan factor hambatan seperti: kondisi, jarak, tempat, dan wakktu.

2. Pola, Modus, dan Cakupan

Pendidikan terbuka dan jarak jauh diselenggarakan dengan berbagai pola pembelajaran, yang mengandalkan tersedianya aneka sumber. Yang mencakup penyelenggaraan pembelajaran melalui korespondensi, bahan cetak, rdio, audio/video, TV, bantuan komputer, dan multimedia jaringan internet.

Modus penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh ada mpat, yaitu moul tunggal, modus danda, modus jaringan, dan modus beragam. Modus tunggal adalah pelayanan pendidikan kepada peserta didik/warga belajar dilaksanakan sepenuhnya dengan melalui satu cara, yaitu dirancang khusu untuk melayani peserta didik/warga belajar di tempat tinggalnya.

Modus ganda adalah layanan pendidikan kepada peserta didik/warga belajar dilaksanakan melalui tatap muka langsung maupun tidak langsung, baik melaui media satu arah maupun dua arah. Modus jaringan adalah layanan pendidikan kepada peserta didik/warga belajar dilaksanakan melalui kolaborasi antarlembaga pendidikan, baik perancangan program, pengembangan bahan beklajar, proses pembelajaran, penilaian, paroduksi dan distribusi bahan ajar, dan penyediaan jasa pelayanan pendidikan.

Modus beragam adalah elajar berbasiskan aneka sumber. Sumber ini yang harus dicari sendiri oleh peserta didik/warga belajar, dan sudah ada yang tersedia, baik secara khusus mupun secara umum. Modus ini juga merupakan gabungan dari ketiga modus sebelumnya.

Cakupana sistem pendidikan terbukan dan jarak jauhberupa penyelenggaraan pendidikanuntuk beberapa amata pelajaran, program studi, atau kesatuan program pendidikan secara penuh menurut jenjang dan jenis dalam system pendidikan nasional. Lembaga pendidikan dengan sistem pendidikan terbukan dan jarak jauh dengan modus ganda dapat mencakup beberapa mata pelajaran atau program studi sedangkan modus tunggal menawarkan semua program pendidikan dalam tatanan satuan kelembagaan pendidikan jalur sekolah dan luar sekolah pada pendidikan dasar, menengah dan tinggi, dengan jenis pendidikan umum, kejuruan, atupun kaagamaman. Modus jaringan dapat mencakup pada beberapa mata kuliah an program pendidikan sesuai spesialisasi masing-masing lembaga yang menjadi konsorsium.

3. Sistem Operasional

Dalam sistem pendidikan terbukan dan jarak jauh terdapat empat komponen system operasional, yaitu: pengelolaan peserta didik/warga belajar, sumber belajar, dukungan pelayanan, dan penilaian hasil dan dampak pendidikan. Dengan prinsip peserta didik/warga belajar bebas menentukan sendiri kapan ia akan mulai belajar, bagaimana cara belajar, dari siap menerima pelajaran, dan sebagainya. Pengembangan sumber belajar dilakukan dengan mengetahui karakteristik umum peserta didik/warga belajar dengan melakukan analisis mengenai sumber apa yang diperlukan dan telah terseia serta dengan mempertimbangan skala ekonomi.

Dukungan layanan pendidikan berarti adanya orang tua atau organisasi yang dapat membantu peserta didik/warga belajaruntuk memperoleh kemudahan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta kegiatan akademik lainnya. Penilaian hasil dan dampak belajar dalam system pendidikan tradisional sering dinyatakan dengan angka an rapot atau ijazah. Dalam sistem pendidikan terbukan dan jarak jauh tidak menerbitkan ijazah, atau penilaian lulusan dilakukan oleh masyarakat.

4. Manajemen Mutu dan Akreditasi

Penyelenggaraan sistem pendidikan terbukan dan jarak jauh menuntuk system manajemen mutu dan akreditasi secara khusus. Manajemen mutu diarahkan pada pengendalian mutu lulusan agar memenuhi standar kompetensi yang ditentukan secara nasional, sedangkan akreditas diarahkan pada penjaminan mutu pelayanan pendidikan. Manajeman mutu mencakup penentuan kompetensi lulusan, kompetensi bahan ajar, kompetensi mata pelajaran, dan struktur organisiasi kurikulum.

Kompetensi lulusan memuat standar akademik, keterampilan hidup, kecakapan moral dan karakter, kebiasaan hidup sehat, semangat kerja sama, apresiasi seni dan budaya, serta tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kompetensi bahan ajar memuat standar dasar yang harus dikuasai peserta didik/warga belajar melalui erangkaian prgaram belajar pembelajaran. Kompetensi bahan ajar didukung kompetensi mata pelajlaran yang perlu dikuasai peserta didik/warga belajar pada setiap tingkat kelas pendidikan, yang memuat stantar kompetensi kogniti9f, afektif, dan psikomotorik.

Aspek akreditas adalah kelayakan program pendidikan atau satuan pendidikan terbuka dan jarak jauh dinilai dari struktur program kurikulum, jumlh dan kualifikasi tenaga pengajar dan staf, kualiltas bahan ajar, penyediaan sarana pendukung, seperti perpustakaan dan fasilitas praktikum, pelayanan bantuan belajar dan tutorial, dan, peyelenggaraan ujian. Sedangkan kelayakan satuan kelembagaan dinilai berdasarkan pada kemampuan dalam mengelola dan menyelenggarakan pelayangan pedidikan berdasarkan standar minimal penidikan dan manajemen berbasis sekolah.

F. Penyelenggaraan Pendidikan Terbuka & Jarak Jauh

Sistem pendidikan terbukan dan jarak jauhdapt diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi, pendidikan luar sekolah, pendidikan kedinasan, pndidikan keagamaan, dan pendidikan berkelanjutan.

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar bertujuan mengembangkan potensi dan kapasitas belajar peserta didik/warga belajar, antara lain meliputi rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi, dan kesadaran diri. Di samping itu, pendidikan dasar perlu dioptimalkan untuk mengembangkan kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung, dan bernalar serta keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat.

Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tiongkat dasar harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan tingkat perkembangan peserta didik/warga belajar. Semuanya itu pada hakekatnya menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya. Salah satu aspek pertumbuhan yang perlu mendapat perhatian adalah pentingnya program pembinaan dan pembimbingan mengingat perkembangan kematangan anak masih dalam periode awal. Pembinaan dan pembimbingan itu juga dalam konteks belajar mandiri.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah diselenggarakan sebagai kelanjutan pendidikan dasar, yang berfungsi menyiapkan peserta didik/warga belajar menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan berinteraksi secara produktif dengan lingkungan social, budaya, dan alam sekitar atau melanjutkan ke jenjang pendidikan y ang lebih tinggi. Pendidikan menengah ini meliputi SLTP dan SLTA. Pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat menengah diselenggarakan dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan peserta didik/warga belajar dan berorientasi pda pendidikan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau untuk memasuki dunia kerja. Karakteristik proses pembelajaran mandiri merupakan proses pendewasaan dalam berbagai aspek, baik akademik maupun kesiapan menghadapi dunia kekrja.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menegah yang menekankan pada pengembangan kemampuan akademik dan keterampilan professional sebagai bekal untuk memasuki8 dunia kerja. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh memperhatikan karakteristik program studi dan peserta didik/warga belajar juga mengacu pada pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, termasuk dalam mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh lagi sepenuhnya harus mencerminkan kemandirian peserta didik/warga belajar dalam proses belajar pembelajaran yang mengarah pada pembentukan kepribadian dan sikap hidup yang mandiri.

4. Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah menekankan pada pelayanan pendidikan kepad warga masyarakat yang tidak dapat dilayani kebutuhan pendidiknnya melalui jalur sekolah. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan pada satuan pendidikan luar sekolah yang dapat terdiri atas kelompok belajar, kursus, penitipan anak, kelompok bermain, da satuan pendidikan sejenis. Hasil pendidikan luar sekolah diakui setara dengan pendidikan jalur sekolah.

5. Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan menekankan pada peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu departetmen atau lebaga pemerintah nondepartemen. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada pendidikan kedinasan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan keprofesian, dan memperluas wawasan, tanpa harus meninggalkan tempat kerja.

6. Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan menekankan pada pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan bagi anggota masyarakat termasuk peserta didik/warga belajar.Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh ditujukan untuk memperluas dan memperkuat pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan bagi semua warga masyarakat. Pendidikan keagamaan tidak sekadar berisi kaiaah-kaidah agama, tetapi juga norma kehidupan beragama: saling menghargai, saling menyayangi, dzan sebagainya.

7. Pendidikan Berkelanjutan

Pendidikan berkelanjutan menekankan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik/warga belajar dewasa untuk mengikuti perkembangan yang terjadi dalam lingkungannya. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada pendidikan berkelanjutan dapat dilakukan secara berencana maupun dimanfaatkan tanpa rencana untuk menambvah pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan untuk diri sendiri maupun untuk lingkungannya. Pendidikan berkelanjutan berencana contohnya pendidikan profesi atau fungsional dalam jajaran birokrasi. Sedangkan pendidikan berkelanjutan yang memanfaatkan sumber-sumber yang ada lebih merupakan usaha mandiri, misalnya mengakses informasi dalam jaringan maya.

Simpulan

Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam berbagai jenjang, jalur, dan jenis mempunyai prospek yang cerah, dalam rangka memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mengembangkan potensi diri secara optimal serta untuk mengikuti perkembangan global, tanpa harus mengutamakan adanya pengakuan berupa ijazah atau sertifikat.